Sabtu, 01 Maret 2014

Ini Bahaya Patah Hati: dari Flu Hingga Kanker


Patah hati dapat melemahkan pertahanan tubuh terhadap penyakit kronis. (iStock)
Patah hati dapat melemahkan pertahanan tubuh terhadap penyakit kronis. (iStock)

VIVAlife - Patah hati mungkin dipandang sebagai gangguan psikologis biasa. Yang membuat hari-hari akan terasa lebih lesu, kurang bergairah hingga mengakibatkan depresi. Tapi, jangan anggap sepele perkara patah hati. Pasalnya, hati yang hancur bisa jadi kehancuran permanen bagi kesehatan seseorang.

Sindrom patah hati menyebabkan produksi lebih pada kortisol tubuh--bahan kimia yang dilepaskan kelenjar adrenal di atas ginjal untuk merespon bahaya. Dilansir Daily Mail, peneliti meyakini zat tersebut sebagai salah satu sumber terbesar masalah kesehatan.

Selain meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, patah hati dapat melemahkan pertahanan tubuh dari beragam jenis penyakit, apa saja?

Sakit Kepala
Perasaan yang tersakiti dapat memicu ketegangan di kepala yang disebut stress headache. Secara alami, keluhan ini biasanya dialami oleh sepertiga orang dewasa. Tapi, stres emosional yang kuat pada mereka yang patah hati akan berdampak pada ketegangan otot bahu dan leher, juga efek samping pusing, mual, palpitasi, kram perut dan nyeri otot.

Rambut Rontok

Dalam beberapa minggu kehilangan orang yang dicintai, wanita bisa kehilangan rambut dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Kerontokan normal adalah 30-150 helai atau sekitar 10 persen dari rambut yang tidak aktif. Namun jika kadar kortisol meninggi akibat patah hati, kerontokan dapat meningkat hingga 30 persen.

Flu
Patah hari melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga individu akan rentan terhadap pilek, flu, sakit tenggorokan dan gangguan perut. Sekali lagi, pelakunya adalah lonjakan kortisol karena stres yang dihadapi.

Asma
Setiap momentum berduka seperti pemakaman akan memicu asma. Ilmuwan Denmark percaya bahwa stres karena berkabung dapat mengubah sistem kekebalan tubuh, termasuk asma.

Tekanan Darah Tinggi
Tidak heran mengapa tekanan darah melonjak pada minggu-minggu pertama setelah kehilangan orang yang dicintai. Diyakini itu terjadi karena hormon stres yang dilepaskan di dalam aliran darah, dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan pembuluh darah menyempit.

Nyeri Otot dan Patah Tulang
Seiring bertambahnya usia, tubuh akan kehilangan otot dan kekuatan tulang. Kesedihan yang mendalam dapat membuat kerugian yang lebih parah. Kortisol dapat mengurangi pembentukan tulang dan membuat tulang lebih rapuh.

Penyakit Jantung dan Stroke

Studi dari Harvard University 2012 menyebutkan risiko serangan jantung 21 kali lebih tinggi dalam jangka waktu 24 jam setelah kematian pasangan. Studi juga menunjukkan bahwa orang yang berduka dapat membuat perubahan pada irama jantung mereka.

Diabetes
Studi di Denmark pada 2005, menemukan bahwa tingkat kortisol kronis akan merusak sel-sel pankreas yang memproduksi insulin, yakni zat yang mengontrol gula darah. Akibatnya, risiko diabetes tipe 2 akan meningkat pada mereka yang kerap mengalami patah hati.

Kanker

Sistem kekebalan tubuh yang menipis akan berdampak pada kurangnya perlawanan terhadap kanker. Ini juga dipicu oleh kandungan kortisol yang tinggi akibat patah hati. Sebuah penelitian di Swedia pada tahun 2003 menunjukkan, wanita yang kehilangan suami dua kali lebih mungkin untuk mengidap kanker payudara daripada wanita yang tidak.